(GovLog) ODHA : Saudaraku,Kuatkan Dirimu....

. Selasa, 29 November 2011
0 komentar

Selama ini secara pribadi saya belum pernah bertemu dengan saudara kita yang menyandang ODHA apalagi mengetahui perasaan murni tentang diri mereka.Persepsi yang saya punya tentu tidak utuh atau dapat saya katakan sebagai persepsi bentukan dari luar.Namun saya bersyukur karena saya tidak membentuk stigma dalam aspek kognisi dikepala saya karena hal itu sungguh sangat terlalu.Nyatanya persepsi hasil bentukan dari luar tersebut sungguh berguna dalam membantu saya merenungkan siapa diri diri saya dan ada apa dengan diri mereka.Sayapun mencoba untuk memahami apa yang sebenarnya mereka rasakan yang tidak terbongkar dan yang tidak diketahui oleh orang lain.
Karena sesungguhnya saya juga adalah kaum minoritas, untuk informasi saja, saya bukan pemeluk enam agama yang diakui oleh pemerintah sipil melainkan saya adalah aliran kepercayaan.Untuk itu saya tidak diakui eksistensinya.Jadi, dalam konteks minoritas, saya dan penyandang ODHA mungkin masuk dalam line kategori yang sama.Jadi bisa saja ada aspek kesamaan diantara saya dan saudara penyandang ODHA itu didalam menjalankan kehidupan sehari hari dan mungkin saya bisa menggambarkan apa sebenarnya harapan mereka ketika sistem dilingkungan mereka menolak mereka.Saya sangat berharap point yang saya utarakan dapat disambut secara positive karena mengingat pengidap HIV AIDS tidak diserang secara fisik tapi juga sangat dihantam dalam konteks psikologis atau batiniah.

Self Discloser/Keterbukaan : Penting Namun Susah

 Mungkin tidak pernah terpikir oleh kita bagaimana rasa sebenarnya bagi mereka menjalani hari demi hari yang mungkin saja  dihadapkan pada setiap pergulatan batin yang hampir menghampiri mereka .Coba misalnya saja ketika mereka sedang diajak mengobrol oleh tetangga mereka mereka,mungkin pengidap ODHA cenderung membatasi informasi yang ia miliki,mereka memberikan gerak gerik yang sangat kaku/cenderung enggan dengan pembicaraan dan menunjukkan ketidaknyamanan dalam obrolan.Mereka takut untuk itu.mereka hampir putus asa dan menyimpan kesedihan yang membuat mereka membatasi diri.Mereka takut dicurigai.Sesungguhnya mereka ingin menunjukkan rasa diterima namun hal itu sulit karena penyandang ODHA memiliki rekam jejak traumatis yang sangat akut dirasanya.Jik hal ini terus terjadi dalam waktu yang sangat lama anda dapat membayangkan bagaimana terkucilnya saudara kita itu.Dan yang paling penting adalah bagaimana mungkin seorang penyandang ODHA bisa disembuhkan secara berangsur angsur dan mendapatkan setitik pencerahan? Bagaimana mungkin seorang penyandang ODHA mendapatkan sosok pahlawan yang tahu segala suka dukanya.Inilah permasalahan yang menurut saya paling fundamental, bahwa saudara kita penyandang ODHA sangat membutuhkan sosok kedua yang ia percayai untuk membuka diri.Bisa saja keluarganya dan bisa saja kerabatnya.Namun hal ini sangat sulit jika keluarganya saja sudah menghakiminya.Untuk itulah sebaiknya jika kita menemui saudara kita yang sudah menunjukkan tanda tanda tersebut, rangkullah ia erat sebagaimana anda merangkul saudara kandung anda, agar kiranya pesan dari rangkulan tersebut membuat ia lebih hangat dan merasakan apa yang sebenarnya manusia harus rasakan, yakni happiness, harapan dan kasih sayang.

Untuk itulah rasanya hentikanlah stigma dimulai dari diri sendiri dengan mencoba meresapi apa yang sebenarnya mereka rasakan hari demi hari dan bagaimana sih ketika masa depan yang bahagia dimata mereka itu adalah omong kosong belaka.Coba bayangkan ketika mereka hendak tidur dan berdoa membacakan doa doa dari hati, bisakah anda menebak isi doa yang paling sering mereka lontarkan kepada Sang Khalik? Dalam pendapat saya sebagai seorang minoritas juga, mungkin isi dari doa mereka seperti ini..
Ya Allah, Ya Pemilik Kesembuhan.Kiranya dengan kuasa dan Kasih SayangMu yang Penuh maka Ketika AKu Bangun Pagi besok, Hambamu mendapati dirinya Sembuh Utuh.Amiin

Ya begitulah doa yang pasti selalu diikuti oleh bulir bulir air mata.Tapi sungguhkah itu ada?Sungguhkah mukjizat itu terjadi?Karena sesungguhnya mukjizat itu adalah kita sendiri, yang masih sehat bugar dan mau menolong dan berempati dengan sesama.Kitalah mukjizat bagi mereka ketika tidak ada tangan lain yang terjulur kehadapan mereka.Bayangkan kalu semua orang seperti ini?bayangkan kalau semua orang berwujud sebagai sosok yang menjulurkan tangan empati kepada mereka?bukankah kita akan menyaksikan sendiri keajaiban keajaiban yang akan terjadi dari manusia pengidap penyakit paling disembuhkan dalam peradaban manusia ini.Sungguh hebatnya sebuah uluran tangan dan itu bermula dari dia dan kita dalam membuat diri kiti Self Disclosure.

Begitulah mungkin gambaran penyandang ODHA dalam prespektif minoritas yang saya amati. Karena sayapun demikian , self disclosur adalah hal yang memang sangat rumit bagi mereka namun sangat fundamentalis.Seperti saya, Saya juga sudah lama menutup nutupi idnetitas asli yang saya miliki, namun saya pernah membukanya pada orang yang saya rasa punya hati besar untuk mendengarnya,dia malah sangat tertarik dengan keberadaan kaum kaum seperti saya dan merasakan betul apa yang saya hadapi selama ini.Bukankah kekuatan dari orang lain yang kita butuhkan selama ini? itulah yang diperlukan kaum manapun khusunya kaum ODHA, dan itu ditanam dari diri kita sendiri untuk mau menerapkannya.

HIV adalah virus yang diidap oleh penyandang ODHA, lalu tahukah anda bahwa ada  virus berbahaya yang menular kekita dari sebuah pandangan mata saja????


Virus ini bernama STIGMA.Dunia telah menyadari bahwa stigma telah menjadi alasan utama mengapa epidemi HIV terus merangkak naik menginfeksi jutaan orang dan mati dengan AIDS setiap tahunnya.Stigma adalah sikap merendahkan dan menistakan masyarakat yang mendiskreditkan seseorang atau kelompok  karena atribut yang melekat didiri mereka (khususnya HIV AIDS).Stigmalah yang membuat seorang pengidap ODHA merasa takut untuk berobat ke dokter atau menceritakan penyakit yang menggerogotinya, karena sesungguhnya kita memberikan reaksi kepada mereka bahwa keberadaan mereka sangat dipertentangkan oleh kalangan manapun dan mereka pantas mendapatkan azab tersebut.Disinilah secara obyektif sesungguhnya dunia ini memang sedang sakit .

Untuk itu saudaraku, kamu tidak sedang sakit seorang diri, sesungguhnya dunia sakit ketika berhadapan denganmu.Jadi kuatkanlah hatimu dan jangan patah semangat untuk mencapai masa depan yang gemilang.Saya mendoakanmu.Saya menyertai keberadaanmu.Saya akan menyimpan cerita ceritamu.Suka dukau.Saya ingin kamu bahagia.Sebagaimana judul diatas Mari Kuatkan Dirimu... Thanks

Tembalang, Jateng. 2011
Halomoan SIrait







Popularitas SBY Menurun

. Senin, 06 September 2010
0 komentar


Kebanggaan pemerintah atas data dan kondisi makro, akhirnya digugat lembaga survei independen indobarometer dan lembaga survei indonesia, karena indikator makro yang selalu dibanggakan itu justru berbanding terbalik dengan kepuasan publik. Indobarometer bahkan mencatat tingkat kepuasan publik kepada kinerja pemerintahan Sby saat ini hanya tinggal 50,9 % atau turun drastis 39.5% dibanding oktober tahun lalu.
Demikian pula Lembaga Survei Indonesia mencatat penurunan tingkat kepuasan publik atas kinerja presiden sebesar 19% dari 85% menjadi hanya 66% per agustus 2010. Ironisnya penurunan kepuasan masyarakat itu justru karena hal yang paling mendasar yakni urusan perut alias ekonomi, keadilan dalam penegakan hukum, dan politik. Menurut LSI dan Indobarometer rakyat tidak puas karena banyak isu ekonomi dan berbagai persoalan rakyat yang lamban ditangani atau bahkan tidak ditanggapi secara serius oleh Presiden Sby.

Sby dinilai juga kerap mengeluarkan kebijakan kebijakan yang tidak populer, mulai dari tari dasar listrik yang naik pada tanggal 1 juli, penanganan kasus yang terkait dengan Bibit Chandra yang dipersepsi dalam jangka waktu yang sangat lama, kasus Century, harga sembako dan lain sebagainya.

Data makro seperti pertumbuhan ekonomi sebesar 6% memang terasa menyejukkan. Tapi sangat menyakitkan bagi rakyat karena angka pertumbuhan sebesar itu justru dinikmati hanya oleh segelintir orang, karena dua per tiga dari kapital atau aset nasional kita, justru dikuasai hanya oleh sepertiga orang kaya. Demikian pula kebanggaan atas penurunan angka kemiskinan yang hanya tinggal 32 juta orang. Penurunan itu diperoleh justru karena pendapatan perkapita hanya sebesar 7 ribu rupiah perhari. Padahal jika mengikuti standar PBB sebesar 2 dollar atau 18 ribu rupiah perhari, jumlah rakyat miskin bisa mencapai 80 juta orang.

Sumber : Indobarometer, LSI dan Metro TV

Dikacamata Moan

. Rabu, 23 Juni 2010
0 komentar


Dikacamata Moan, seakan akan pembaca akan dihadapkan oleh dua media pembicaraan, imajinasi dan realitas. Imajinasi penulis akan dibuat sedemikian detail,ekspresif dan mampu menghilangkan dua elemen batas dimana pudarnya garis batas khayal dan garis batas fakta. Dilain sisi, realitas seakan akan sebuah replika kehidupan yang tidak lagi menjadi landasan pokok pembicaraan utama, namun sebuah umpan balik yang salah melangkah hendak meneruskan haluan. Entah seperti apa deskripsi material yang akan diterangkan ,namun "Dikacamata Moan" kita secara bersama sama dalam satu ruang eksekusi diharapkan dapat merasakan atmosfir yang menghentak paradigma kita selama ini.Sebuah eksekusi akhir antara kehadiran realitas baru dalam membentuk cara kita menyikapi isi sebuah history,entah itu dalam tataran sosial, birokrasi, kisruh hukum dan pembentuk lainnya. Akan ada sebuah gagasan dalam point lain yang sangat mungkin tak terekam dalam generasi penerus kehidupan, namun hendaknya kita tetap optimistis memberikan nilai sebagai sebuah warisan, sikap sebagai aspek motorik dan hidup sebagai medium platinum. Begitulah kira kira sebuah kata pengantar blog ini yang sepertinya ingin dijadikan sepupu Editorial media indonesia yang dalam gagasannya "lugas,tegas dan terpercaya". Tetapi pada saat ini dan dalam jarak tempuh empat tahun, saya sangat mendambakan situs ini menjadi ulasan kita bersama, situs ini dapat menjadi riset kita semua dan situs ini tidak hanya menjadi sebuah pakem kritik mengkritik tetapi lebih dari itu.
Bukankah itu yang selama ini kita cari cari sebagai modal penting dalam menggali masa depan bangsa yang sedang ditimpa kasus A sampai kasus Z yang tak memiliki kaitan pembicaraan yang logis dalam mmelepaskan diri dari masalah.Semua ini semata mata hendak menghaturkan semua refleksi catatan saya yang selama ini saya pendam, saya pelajari dan saya hayati. Mudah mudahan Dikacamata Moan adalah sebuah bentuk keberhasilan kita semua dalam memparafrasekan kisah kehidupan menjadi nilai historik yang tidak terlupakan, nilai nasionalisme sebagai pondasi kinerja kebangsaan dan lain sebagainya.

Tidak mengerti apa isi perkataan saya..? Sama, saya pun juga.